1.1. PEMBANGUNAN EKONOMI
Proses
pembangunan pada dasarnya bukanlah sekedar fenomena ekonomi semata.
Pembangunan tidak sekedar ditunjukkan oleh prestasi pertumbuhan ekonomi
yang dicapai oleh suatu negara, namun lebih dari itu
pembangunan memiliki perspektif yang luas. Beberapa ahli ekonomi seperti
Schumpeter dan Hicks, telah menarik perbedaan yang lebih lazim antara
istilah perkembangan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi. Perkembangan
ekonomi mengacu pada masalah negara terbelakang sedang pertumbuhan
mengacu pada masalah negara maju.
Perkembangan menurut Schumpeter adalah perubahan spontan dan terputus-putus dalam
keadaan stasioner yang senantiasa mengubah dan mengganti situasi
keseimbangan yang ada sebelumnya, sedang pertumbuhan adalah perubahan
jangka panjang secara perlahan dan mantap yang terjadi melalui kenaikan
tabungan dan penduduk. Hicks mengemukakan, masalah negara terbelakang
menyangkut pengembangan sumber-sumber yang tidak ada atau belum
dipergunakan, kendati penggunaannya telah cukup dikenal, sedang masalah
negara maju terkait pada pertumbuhan. Kamus Ekonomi Everyman membuat
pembedaan di atas lebih eksplisit bahwa umumnya perkembangan ekonomi
berarti pertumbuhan ekonomi. Lebih khusus, istilah itu tidak
dipergunakan untuk menggambarkan tindakan kuantitatif perekonomian yang
sedang berkembang (seperti laju kenaikan di dalam pendapatan nyata per
kapita) tetapi perubahan ekonomi, sosial atau perubahan lain yang yang
mengarah kepada pertumbuhan. Pertumbuhan lalu dapat diukur dan objektif,
ia menggambarkan perluasan tenaga-tenaga kerja, modal, volume
perdagangan dan konsumsi. Perkembangan ekonomi dapat dipergunakan untuk
menggambarkan faktor-faktor penentu yang mendasari pertumbuhan ekonomi,
seperti perubahan dalam teknik produksi, sikap masyarakat dan
lembaga-lembaga. Perubahan tersebut dapat menghasilkan pertumbuhan
ekonomi. (Jhingan; 1994).
Dalam
pembangunan ekonomi, modal memegang peranan yang penting. Menurut teori
ini, akumulasi modal ini akan menentukan cepat atau lambatnya
pertumbuhan ekonomi yang terjadi pada suatu negara. Modal tersebut
diperoleh dari tabungan yang dilakukan masyarakat. Adanya akumulasi
modal yang dihasilkan dari tabungan, maka pelaku ekonomi dapat
menginvestasikannya ke sektor riil, dalam upaya untuk meningkatkan
penerimaannya. Akumulasi modal dan investasi sangat bergantung pada
perilaku menabung masyarakat, sementara disisi lain kemampuan menabung
masyarakat ditentukan oleh kemampuan menguasai dan mengeksplorasi sumberdaya
yang ada. Artinya bahwa orang yang mampu menabung pada dasarnya adalah
kelompok masyarakat yang menguasai dan mengusahakan sumber-sumber
ekonomi, yaitu para pengusaha dan tuan tanah. Pekerja merupakan
satu-satunya pelaku ekonomi yang tidak memiliki kemampuan menabung
karena mereka tidak mampu menguasai dan mengusahakan sumber-sumber
ekonomi yang ada. Menurut Adam Smith, proses pertumbuhan ekonomi akan
terjadi secara simultan dan memiliki hubungan keterkaitan satu dengan
yang lain. Timbulnya peningkatan kinerja pada suatu sektor akan
meningkatkan daya tarik bagi pemupukan modal, mendorong kemajuan
teknologi, meningkatkan spesialisasi, dan memperluas pasar. Hal ini akan
mendorong pertumbuhan ekonomi semakin pesat. (Kuncoro; 2000).
Menurut
Smith (Abdul Hakim, 2000;64) mengatakan bahwa variabel penentu proses
produksi suatu negara dalam menghasilkan output total ada tiga, yaitu :
1) sumber daya alam yang tersedia (masih diujudkan sebagai faktor
produksi ‘tanah’), 2) sumber daya manusia (jumlah penduduk), dan 3) stok
barang kapital yang ada. Menurutnya sumber daya alam yang tersedia
merupakan bahan baku utama dari kegiatan produksi suatu
perekonomian dan jumlahnya terbatas. Proses produksi dalam rangka
memenuhi kebutuhan ekonomi manusia akan terus berjalan sepanjang sumber
daya alam masih tersedia. Sumber daya manusia dalam arti angkatan kerja,
input dalam proses produksi berperan aktif dalam proses pertumbuhan
ekonomi. Jumlahnya akan terus bertambah atau berkurang sesuai dengan
yang dibutuhkan dalam proses produksi. Stok kapital juga memegang peran
yang sangat penting dalam menentukan cepat lambatnya proses pertumbuhan
output. Besar kecilnya stok kapital dalam perekonomian pada saat
tertentu akan sangat menentukan kecepatan pertumbuhan ekonomi.
Pertumbuhan
ekonomi didefiniskan sebagai penjelasan mengenai faktor-faktor yang
menentukan kenaikan output per kapita dalam jangka panjang, dan
penjelasan mengenai bagaimana faktor-faktor tersebut berinteraksi satu sama lain, sehingga terjadi proses pertumbuhan. (Boediono; 1999). Pertumbuhan
ekonomi adalah salah satu indikator yang amat penting dalam melakukan
analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu negara.
Pertumbuhan ekonomi menunjukkan sejauhmana aktivitas perekonomian akan
menghasilkan tambahan pendapatan masyarakat pada suatu periode tertentu.
Karena pada dasarnya aktivitas perekonomian adalah suatu proses
penggunaan faktor-faktor produksi untuk menghasilkan
output, maka proses ini pada gilirannya akan menghasilkan suatu aliran
balas jasa terhadap faktor produksi yang dimiliki oleh masyarakat.
Dengan adanya pertumbuhan ekonomi maka diharapkan pendapatan masyarakat
sebagai pemilik faktor produksi juga akan turut meningkat. (Susanti,
dkk; 2000).
Todaro (2000) menjelaskan bahwa ada tiga faktor atau komponen utama dalam pertumbuhan ekonomi dari setiap bangsa, yaitu :
- Akumulasi Modal, yang meliputi semua bentuk atau jenis investasi baru yang ditanamkan pada tanah, peralatan fisik dan sumbersaya manusia.
- Pertumbuhan penduduk, yang beberapa tahun selanjutnya dengan sendirinya membawa pertumbuhan angkatan kerja
- Kemajuan teknologi.
Akumulasi modal (capital accunulation)
terjadi apabila sebagian dari pendapatan ditabung dan diinvestasikan
kembali dengan tujuan memperbesar output dan pendapatan. Akumulasi modal
akan menambah sumberdaya baru (contohnya, pembukaan tanah-tanah yang
semula tidak digunakan) atau meningkatkan kualitas sumberdaya (misalnya, perbaikan sistim irigasi, pengadaan pupuk, pestisida).
Todaro (2000) menjelaskan bahwa akumulasi modal (Capital Accumulation)
terjadi apabila sebagian pendapatan ditabung dan diinvestasikan kembali
dengan tujuan memperbesar output dan pendapatan dikemudian hari.
Pengadaan pabrik baru, mesin-mesin, peralatan dan bahan baku
meningkatkan stok modal secara fisik suatu negara (yakni
nilai riil netto atas seluruh barang modal produktif secara fisik) dan
hal itu jelas memungkinkan akan terjadinya peningkatan output
dimasa-masa mendatang. Investasi dalam pembinaan sumberdaya manusia juga
meningkatkan kualitasnya sehingga pada akhirnya akan membawa dampak
positif yang sama terhadap angka produksi, bahkan akan lebih besar lagi
mengingat terus bertambahnya jumlah manusia.
Pendidikan
formal, program pendidikan dan pelatihan dalam kerja atau magang,
kursus-kursus dan aneka pendidikan infomal lainnya perlu diefektifkan
untuk mencetak tenaga-tenaga terdidik dan sumberdaya manusia yang
terampil melalui investasi langsung dalam pembangunan.
Menurut
Dr Singer (Jhingan; 1994) pembentukan modal terdiri dari barang yang
nampak seperti pabrik, alat-alat dan mesin, maupun barang yang tidak
nampak seperti pendidikan bermutu tinggi, kesehatan, tradisi ilmiah dan
penelitian. Untuk memahami bagaimana akumulasi modal dan perubahan
teknologi dapat menggerakkan perekonomian, maka model pertumbuhan
neo-klasik yang diperkenalkan oleh Robert Solow menggambarkan suatu perekonomian dimana output merupakan hasil kerja dari dua jenis input, yaitu modal dan tenaga kerja. (Samuelson; 1995)
Investasi (sebagai salah satu komponen penting dari AD) merupakan suatu faktor krusial bagi kelangsungan proses pembangunan ekonomi (Sustainable Development),
atau pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Pembangunan ekonomi melibatkan
kegiatan-kegiatan produksi disemua sektor ekonomi, dan untuk kegiatan
pembangunan itu diperlukan dana untuk membiayainya yang disebut dana
investasi. (Tambunan;2001).
Sebagian
negara sedang berkembang yang tidak mempunyai tabungan dalam negeri
yang cukup untuk membiayai pertumbuhan ekonomi umumnya menutup
kesenjangan pembiayaan dengan mencari sumber-sumber dari luar negeri.
Berdasarkan sifatnya, arus modal asing yang harus dibayar kembali
disebut tabungan luar negeri. Tabungan luar negeri meliputi tabungan resmi ke sektor pemerintah (Official Saving) dan tabungan swasta (Private Saving). Sebagian besar tabungan resmi berwujud konsesional, artinya dapat berupa hibah (Grants) atau pinjaman lunak (Soft Loans),
yang biasanya berbunga rendah dengan jangka waktu 5 tahun. Bank dunia
(1992) mengklasifikasikan total utang luar negeri menjadi : utang jangka
pendek, utang jangka panjang, dan penggunaan kredit IMF. Utang yang
jangka panjang dapat dirinci menurut jenis utangnya, yaitu : utang
swasta yang tidak dijamin oleh pemerintah (Private nonguaranteed debt), utang pemerintah, dan utang swasta yang dijamin oleh pemerintah (Public and publicy guarantee debt). Utang swasta yang nonguaranteed debt merupakan
utang yang dilakukan oleh debitur swasta, dimana utang tersebut tidak
dijamin oleh institusi pemerintah. Dilain pihak, utang pemerintah adalah
utang yang dilakukan oleh suatu institusi pemerintah, termasuk
pemerintah pusat, departemen, dan lembaga pemerintah yang otonom. Utang
yang publicly guaranteed merupakan utang yang dilakukan swasta namun dijamin pembayarannya oleh suatu lembaga pemerintah.(Kuncoro; 2000)
Tambunan (2001) dijelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi sangat ditentukan pada ketersediaan dan kualitas dari faktor-faktor produksi seperti SDM, kapital, teknologi, bahan baku, entrepreneurship,
dan energi. Pertumbuhan ekonomi ditentukan oleh faktor internal yang
dapat dibedakan antara lain faktor ekonomi dan faktor non ekonomi
khususnya politik dan sosial sedangkan faktor eksternal didominasi oleh
faktor-faktor ekonomi seperti perdagangan internasional dan pertumbuhan
ekonomi kawasan atau dunia.
Kindleberger (1983) berpendapat bahwa : “Gowth
and development are often used synonymously in economic discussion and
this usage is entirely accetable. But where two words exist, there is a
point in seeking to draw a distinction between them. Implicit in general
usage, and explicit in what follow, economic growth means more output
and changes in the technician and institutional arrangements by which it
is produced. Growth may well imply not only more, but also more inputs
and more effeciency an increase in output per unit of
output. Development goes beyond these to imply changes in the structure
of output and in the allocation of inputs by sectore”.
Sedangkan pendapat Chenery (dalam Panetto; 1990) mengatakan bahwa : “Economic development can be veewed as set of interrelated
changes in the structure of an economy that are required for its
continued growth. They involve the composition of demand, production,
and employment as well as the external structure of trade and capital
flows”.
Proses
pembangunan dilihat sebagai perubahan struktural ditandai dengan
perubahan yang bersifat multi dimensional yaitu suatu perubahan dari
konstelasi ekonomi yang mengalami stagnasi kearah
perimbangan-perimbangan keadaan yang sudah mengandung gerak kekuatan
dinamika dalam perkembangannya. Perubahan struktural menyangkut
perubahan-perubahan pada struktur dan komposisi produk nasional, pada
kesempatan kerja produktif, pada ketimpangan antar sektor, antar daerah
dan antar golongan masyarakat, pada kemiskinan dan kesenjangan antara
golongan berpendapatan rendah dan tinggi
1.2. PERTUMBUHAN EKONOMI
Pertumbuhan
ekonomi adalah proses dimana terjadi kenaikan produk nasional bruto
riil atau pendapatan nasional riil. Jadi perekonomian dikatakan tumbuh
atau berkembang bila terjadi pertumbuhan outputriil. Definisi
pertumbuhan ekonomi yang lain adalah bahwa pertumbuhan ekonomi terjadi
bila ada kenaikan output perkapita. Pertumbuhan ekonomi menggambarkan
kenaikan taraf hidup diukur dengan output riil per orang.
Secara singkat, pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagai proses kenaikan output per kapita dalam jangka panjang. Dalam pengertian itu terdapat tiga aspek yang perlu digarisbawahi, yaitu proses, output per kapita, dan jangka panjang. Pertumbuhan
sebagai proses, berarti bahwa pertumbuhan ekonomi bukan gambaran
perekonomian pada suatu saat. Pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan
output per kapita, berarti harus memperhatikan dua hal, yaitu output
total (GDP) dan jumlah penduduk, karena output per kapita adalah output
total dibagi dengan jumlah penduduk. Aspek jangka panjang, mengandung
arti bahwa kenaikan output per kapita harus dilihat dalam kurun waktu
yang cukup lama ( 10, 20, atau 50 tahun, bahkan bisa lebih lama lagi).
Kenaikan output per kapita dalam satu atau dua tahun kemudian diikuti
penurunan bukan pertumbuhan ekonomi.
Teori
pertumbuhan ekonomi pada dasarnya adalah suatu “ceritera” logis
mengenai bagaimana proses pertumbuhan terjadi. Teori ini menjelaskan dua
hal, yaitu (1) mengenai faktor-faktor apa yang menentukan kenaikan output per kapita dalam jangka panjang, dan (2) mengenai bagaimana faktor-faktor
tersebut berinteraksi satu sama lain sehingga terjadi proses
pertumbuhan. Satu hal yang perlu diingat bahwa dalam ilmu ekonomi tidak
hanya terdapat satu teori pertumbuhan, tetapi terdapat banyak teori pertumbuhan. Sampai sekarang tidak ada suatu teori pertumbuhan yang bersifat menyeluruh dan lengkap dan merupakan satusatunya teori
pertumbuhan yang baku. Para ahli ekonomi mempunyai pandangan yang tidak
selalu sama mengenai pertumbuhan ekonomi. Pandangan para ahli tersebut
sering dipengaruhi oleh keadaan atau peristiwa-pewristiwa yang terjadi
pada zaman mereka hidup dan oleh ideologi yang mereka anut.
Pertumbuhan Ekonomi dan Kenaikan Produktivitas
Sementara
negara-negara miskin berpenduduk padat dan banyak hidup pada taraf
batas hidup dan mengalami kesulitan menaikkannya, beberapa negara maju
seperti Amerika Serikat dan Kanada, negara-negara Eropa Barat,
Australia, Selandia Baru, dan Jepang menikmati taraf hidup tinggi dan
terus bertambah.Pertambahan penduduk berarti pertambahan tenaga kerja
serta berlakunya hukum Pertambahan Hasil yang Berkurang mengakibatkan
kenaikan output semakin kecil, penurunan produk rata-rata serta
penurunan taraf hidup. Sebaliknya kenaikan jumlah barang-barang kapital,
kemajuan teknologi, serta kenaikan kualitas dan keterampilan tenaga
kerja cenderung mengimbangi berlakunya hukum Pertambahan Hasil yang
Berkurang. Penyebab rendahnya pendapatan di negara-negara sedang
berkembang adalah berlakunya hukum penambahan hasil yang semakin
berkurang akibat pertambahan penduduk sangat cepat, sementara tak ada
kekuatan yang mendorong pertumbuhan ekonomi berupa pertambahan kuantitas
dan kualitas sumber alam, kapital, dan kemajuan teknologi.
Permintaan Agregratif dan Pertumbuhan Ekonomi
Pada
gambar ini dianggap bahwa tingkat PNN kesempatan kerja penuh pada thaun
1998 A sebesar 26 trilyun rupiah dan skedul permintaan agregratifnya
adalah C+I+C1 hingga tingkat PNN kesempatan kerja penuh dapat dicapai
karena sama dengan tingkat pendapatan keseimbangannya.Misalkan terjadi
pertumbuhan kapasitas produksi akibat adanya pertambahan sumber-sumber
pertumbuhan ekonommi hingga tingkat PNN kesempatan kerja penuh pada
tahun berikutnya yaitu pada tahun 1998 B menjadi 27 trilyun rupiah atau
kenaikan sebesar kira-kira 4% dalam output riil.Agar potensi produksi
total dapat direalisasikan maka permintaan agregratif harus naik dengan
laju pertumbuhan yang cukup untuk memelihara tingkat kesempatan kerja
penuh.Karenanya permintaan agregratif harus bergeser keatas menjadi
C+I+C2. Bila tidak atau naik secara lebih kecil maka kenaikan kapasitas
produksi tak dapat direalisasikan dan dimanfaatkan.Gambar ini
menunjukkan aspek penciptaan pendapatan oleh komponen pengeluaran
investasi neto.
Teori dan Model Pertumbuhan Ekonomi
Dalam
zaman ahli ekonomi klasik, seperti Adam Smith dalam buku karangannya
yang berjudul An Inguiry into the Nature and Causes of the Wealt
Nations, menganalisis sebab berlakunya pertumbuhan ekonomidan factor
yang menentukan pertumbuhan ekonomi. Setelah Adam Smith, beberapa ahli
ekonomi klasik lainnya seperti Ricardo, Malthus, Stuart Mill, juga
membahas masalah perkembangan ekonomi .
A. Teori Inovasi Schum Peter
Pada
teori ini menekankan pada faktor inovasi enterpreneur sebagai motor
penggerak pertumbuhan ekonomi kapitalilstik.Dinamika persaingan akan
mendorong hal ini.
B. Model Pertumbuhan Harrot-Domar
Teori
ini menekankan konsep tingkat pertumbuhan natural.Selain kuantitas
faktor produksi tenaga kerja diperhitungkan juga kenaikan efisiensi
karena pendidikan dan latihan.Model ini dapat menentukan berapa besarnya
tabungan atau investasi yang diperlukan untuk memelihar tingkat laju
pertumbuhan ekonomi natural yaitu angka laju pertumbuhan ekonomi natural
dikalikan dengan nisbah kapital-output.
Teori Modern hanya akan dibahas teori Harrod-Domar.
Kedua ekonom ini menekankan pentingnya peranan investasi (I). Mereka
berpendapat bahwa investasi (I) mempunyai pengaruh terhadap permintaan
agregat (Z) melalui proses multiplier, dan mempunyai pengaruh terhadap
penawaran agregat (S) melalui pengaruhnya terhadap kapasitas produksi.
Investasi (I) dapat diartikan sebagai tambahan stok kapital (K). Jadi I = K.
Hubungan antara stok kapital (K) dan output total potensial (QP) dapat dirumuskan sebagai :
QP = hK
Dimana h , menunjukkan berapa unit output yang dapat dihasilkan dari setiap unit kapital. Koefisien ini disebut output-capital ratio, dan kebalikannya 1/h adalah capital output ratio. Hubungan
antara K dan QP tersebut bersifat proporsional. Oleh karenanya, K/QP =
K/QP = 1/h. K/QP disebut incremental capital-output ratio (ICOR). Dari
hubungan ini, selanjutnya dapat dikatakan bahwa penambahan kapasitas
tersebut akan meningkatkan output potensial sebesar,
QP = h K = h I
Besar
nilai h tergantung pada keadaan masing-masing negara, tetapi secara
umum berkisar antara 0,25-0,50. Misalnya, nilai h di suatu negara 0,5
maka ini berarti bahwa investasi (I) Rp.2 juta diharapkan dapat
menghasilkan output per tahun sebesar Rp.1 juta. Peningkatan investasi ( I ) juga berpengaruh terhadap permintaan agregat (Z) melalui proses multiplir.
C. Model Input-Output Leontief.
Model
ini merupakan gambaran menyeluruh tentang aliran dan hubungan
antarindustri. Dengan menggunakan tabel ini maka perencanaan pertumbuhan
ekonomi dapat dilakukan secara konsisten karena dapat diketahui
gambaran hubungan aliran input-output antarindustri. Hubungan tersebut
diukur dengan koefisien input-output dan dalam jangka pendek/menengah
dianggap konstan tak berubah .
D. Model Pertumbuhan Lewis
Model
ini merupakan model yang khusus menerangkan kasus negar sedang
berkembang banyak(padat)penduduknya.Tekanannya adalah pada perpindahan
kelebihan penduduk disektor pertanian ke sektor modern kapitalis
industri yang dibiayai dari surplus keuntungan.
E. Model Pertumbuhan Ekonomi Rostow
Model
ini menekankan tinjauannya pada sejarah tahp-tahap pertumbuhan ekonomi
serta ciri dan syarat masing-masing. Tahap-tahap tersebut adalah tahap
masyarakat tradisional, tahap prasyarat lepas landas, tahap lepas
landas, ahap gerakan ke arah kedewasaan, dan akhirnya tahap konsimsi
tinggi.
F. Teori Pertumbuhan Adam smith
Untuk
mewakili bahasan teori Klasik, dalam bab ini hanya dibahas teori dari
Smith. Menurut Smith terdapat dua aspek utama dari pertumbuhan ekonomi,
yaitu :
a. pertumbuhan output (GDP) total, dan
b. pertumbuhan penduduk.
Pertumbuhan Output
Sistem produksi nasional suatu negara terdiri dari tiga unsur pokok, yaitu :
a. Sumberdaya alam ( = faktor produksi tanah)
b. Sumberdaya manusia ( = jumlah penduduk), dan
c. Stok kapital yang tersedia.
Sumberdaya
alam merupakan faktor pembatas ( = batas atas) dari pertumbuhan
ekonomi. Selama sumberdaya alam belum sepenuhnya dimanfaatkan maka yang
memegang peranan penting dalam pertumbuhan ekonomi adalah sumberdaya
manusia (tenaga kerja) dan stok kapital. Namun, jika sumberdaya alam
telah dimanfaatkan sepenuhnya ( dieksploitir) atau dengan kata lain
batas atas daya dukung sumberdaya alam telah dicapai maka pertumbuhan
ekonomi akan berhenti.
Sumberdaya manusia atau jumlah penduduk dianggap mempunyai peranan yang pasif di
dalam pertumbuhan output. Artinya, jumlah penduduk akan menyesuaikan
diri dengan kebutuhan tenaga kerja di suatu masyarakat. Misalnya,
kebutuhan tenaga kerja pada suatu saat mencapai 1 juta orang, tetapi
pada saat itu hanya tersedia 900.000 orang, maka jumlah penduduk akan
cenderung meningkat sampai mencapai 1 juta orang. Jadi, berapapun tenaga
kerja yang dibutuhkan akan dapat terpenuhi. Dengan demikian, faktor
tenaga kerja bukan kendala di dalam proses produksi nasional.
Faktor
kapital merupakan faktor yang aktif dalam pertumbuhan ekonomi. Oleh
karena itu akumulasi kapital sangat berperanan dalam proses pertumbuhan
ekonomi. Umtuk menjelaskan bagaimana peranan akumulasi kapital dalam
proses pertumbuhan, Smith mengajukan sebuah teori yang sangat terkenal,
yaitu mengenai spesialisasi dan pembagian kerja. Stok kapital
(K) mempunyai dua pengaruh terhadap tingkat output total (Q), yaitu
pengaruh langsung dan pengaruh tak langsung. K berpengaruh langsung
terhadap Q karena pertambahan K ( yang diikuti pertambahan tenaga kerja,
L) akan meningkatkan Q. Secara matematis, dapat ditulis : Q = f (K,L).
Pengaruh tidak langsung dari K terhadap Q adalah berupa peningkatan produktivitas per kapita melalui dimungkinkannya spesialisasi dan pembagian kerja (specialization and devision of labor) yang lebih tinggi. Makin besar kapital (K) yang digunakan,
makin besar kemungkinan dilakukan spesialisasi dan pembagian kerja, dan
selanjutnya akan meningkatkan produktivitas per pekerja. Peningkatan
produktivitas tersebut bersumber dari tiga hal, (1) dengan spesialisasi
akan meningkatkan ketrampilan setiap pekerja dalam bidang pekerjaannya,
(2) dengan sistem pembagian kerja akan menghemat waktu dari waktu ketika
pekerja beralih dari macam pekerjaan yang satu ke pekerjaan yang lain,
dan (3) ditemukannya mesin-mesin yang mempermudah dan mempercepat
pekerjaan.
Dari
penjelasan di atas, dapat diartikan bahwa peningkatkan stok kapital (K)
secara terus menerus dengan menganggap tenaga kerja (L) selalu
terpenuhi, juga akan diikuti oleh peningkatan output total (Q) terus
menerus sampai mencapai batas atas sumberdaya alam. Di sini proses
pertumbuhan ekonomi berhenti. Tahap di mana proses pertumbuhan ekonomi
telah berhenti disebut posisi stasioner (stationary state).
Pada posisi ini, semua proses pertumbuhan berhenti: pertumbuhan kapital
berhenti, pertumbuhan penduduk berhenti, pertumbuhan output berhenti.
Pertumbuhan Penduduk
Menurut
Smith, penduduk meningkat apabila tingkat upah yang berlaku lebih
tinggi daripada tingkat upah subsistensi, yaitu tingkat upah yang hanya
dapat untuk memenuhi kebutuhan sekedar untuk hidup ( upah pas-pasan).
Jika tingkat upah lebih tinggi daripada tingkat upah subsistensi maka
banyak penduduk melaksanakan perkawinan relatif muda sehingga jumlah
kelahiran meningkat dan akhirnya jumlah penduduk bertambah. Sekarang
faktor apakah yang menentukan tingkat upah? Tingkat upah ditentukan oleh
jumlah permintaan tenaga kerja. Apabila permintaan tenaga kerja lebih
tinggi dari penawaran tenaga kerja (jumlah penduduk) maka tingkat upah
akan tinggi. Dan sebaliknya, jika permintaan tenaga kerja lebih rendah
dari penawaran tenaga kerja maka tingkat upah akan rendah.
1.3. NEGARA BERKEMBANG DAN FAKTOR PERTUMBUHANNYA
A. Ciri-ciri negara sedang berkembang
1. Tingkat pendapatan rendah,sekitar US$300 perkapita per tahun.
2. Jumlah penduduknya banyak dan padat perkilo meter perseginya.
3. Tingkat pendidikan rakyatnya rendah dengan tingkat buta aksara tinggi.
4. Sebagian rakyatnya bekerja disektor pertanian pangan secara tak produktif,sementara hanya sebagian kecil rakyatnya bekerja disektor industri.Produktifitas kerjanya rendah.
5. Kuantitas sumber-sumber alamnya sedikit serta kualitasnya rendah.Kalau mempunyai sumber-sumber alam yang memadai namun belum diolah atau belum dimanfaatkan.
6. Mesin-mesin produksi serta barang-barang kapital yang dimiliki dan digunakan hanya kecil atau sedikit jumlahnya.
7. Sebagian
besar dari mereka merupakan negara-negara baru diproklamasikan
kemerdekaannya dari penjajahan kira-kira satu atau dua dekade.
B. Transisi kependudukan
Yang
mencerminkan kenaikan taraf hidup rakyat di suatu negara adalah
besarnya tabungan dan akumulasi kapital dan laju pertumbuhan
penduduknya. Laju pertumbuhan yang sangat cepat di banyak negara sedang
berkembang nampaknya disebabkan oleh fase atau tahap transisi demografi
yang dialaminya. Negara-negara sedang berkembang mengalami fase transisi
demografi di mana angka kelahiran masih tinggi sementara angka kematian
telah menurun. Kedua hal ini disebabkan karena kemajuan pelayanan
kesehatan yang menurun angka kematian balita dan angka tahun harapan
hidup. Ini terjadi pada fase kedua dan ketiga dalam proses kependudukan.
Umumnya ada empat tahap dalam proses transisi, yaitu:
Tahap
1: Masyarakat pra-industri, di mana angka kelahiran tinggi dan angka
kematian tinggi menghasilkan laju pertambahan penduduk rendah;
Tahap
2: Tahap pembangunan awal, di mana kemajuan dan pelayanan kesehatan
yang lebih baik menghasilkan penurunan angka kelahiran tak terpengaruh
karena jumlah penduduk naik.
Tahap
3: Tahap pembangunan lanjut, di mana terjadi penurunan angka kematian
balita, urbanisasi, dan kemajuan pendidikan mendorong banyak pasangan
muda berumah tangga menginginkan jumlah anak lebih sedikit hingga
menurunkan angka kelahiran. Pada tahap ini laju pertambahan penduduk
mungkin masih tinggi tetapi sudah mulai menurun;
Tahap
4: Kemantapan dan stabil, di mana pasangan-pasangan berumah tangga
melaksanakan pembatasan kelahiran dan mereka cenderung bekerja di luar
rumah. Banyaknya anak cenderung hanya 2 atau 3 saja hingga angka
pertambahan neto penduduk sangat rendah atau bahkan mendekati nol.
C. Faktor penggerak pertumbuhan ekonomi dalam menanggulangi kemiskinan
Dua
hal esensial harus dilakukan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi adalah,
pertama sumber-sumber yang harus digunakan secara lebih efisien. Ini
berarti tak boleh ada sumber-sumber menganggur dan alokasi penggunaannya
kurang efisien.Yang kedua, penawaran atau jumlah sumber-sumber atau
elemen-elemen pertumbuhan tersebut haruslah diusahakan
pertambahannya.Elemen-elemen yang memacu pertumbuhan ekonomi tersebut
adalah sebagai berikut.
1. Sumber-sumber Alam
Elemen
ini meliputi luasnya tanah, sumber mineral dan tambang, iklim, dan
lain-lain. Beberapa negara sedang berkembang sangat miskin akan
sumber-sumber alam, sedikitnya sumber-sumber alam yang dimiliki
meruoakan kendala cukup serius. Dibandingkan dengan sedikitnya kuantitas
serta rendahnya persediaan kapital dan sumber tenaga manusia maka
kendala sumber alam lebih serius.
2. Sumber-sumber Tenaga Kerja
Masalah
di bidang sumber daya manusia yang dihadapi oleh negara-negara sedang
berkambang pada umumnya adalah terlalu banyaknya jumlah penduduk,
pendayagunaannya rendah, dan kualitas sumber-sumber daya tenaga kerja
sangat rendah.
3. Kualitas Tenaga Kerja yang Rendah
Negara-negara
sedang berkembang tak mampu mengadakan investasi yang memadai untuk
menaikkan kualitas sumber daya manusia berupa pengeluaran untuk
memelihara kesehatan masyarakat serta untuk pendidikan dan latihan
kerja.
4 . Akumulasi Kapital
Untuk
mengadakan akumulasi kapital diperlukan pengorbanan atau penyisihan
konsumsi sekarang selama beberapa decade. Di negara sedang berkembang,
tingkat pendapatan rendah pada tingkat batas hidup mengakibatkan usaha
menyisihkan tabungan sukar dilakukan. Akumulasi kapital tidak hanya
berupa truk, pabrik baja, plastik dan sebagainya; tetapi juga meliputi
proyek-proyek infrastruktur yang merupakan prasyarat bagi
industrialisasi dan pengembangan serta pemasaran produk-produk sektor
pertanian. Akumulasi kapital sering kali dipandang sebagai elemen
terpenting dalam pertumbuhan ekonomi. Usaha-usaha untuk mendorong laju
pertumbuhan ekonomi dilakukan dengan memusatkan pada akumulasi kapital.
Hal ini karena, pertama, hampir semua negara-negara berkembang mengalami
kelangkaan barang-barang kapital berupa mesi-mesin dan peralatan
produksi, bangunan pabrik, fasilitas umum dan lain-lain. Kedua,
penambahan dan perbaikan kualitas barang-barang modal sangat penting
karena keterbatasan tersedianya tanah yang bisa ditanami.
D. Peranan penting pemerintah dalam pertumbuhan ekonomi
1.
Beberapa negara sedang berkembang mengalami ketidak stabilan sosial,
politik, dan ekonomi. Ini merupakan sumber yang menghalangi pertumbuhan
ekonomi. Adanya pemerintah yang kuat dan berwibawa menjamin terciptanya
keamanan dan ketertiban hukum serta persatuan dan perdamaian di dalam
negeri. Ini sangat diperlukan bagi terciptanya iklim bekerja dan
berusaha yang merupakan motor pertumbuhan ekonomi.
2. Ketidakmampuan
atau kelemahan setor swasta melaksanakan fungsi entreprenurial yang
bersedia dan mampu mengadakan akumulasi kapital dan mengambil inisiatif
mengadakan investasi yang diperlukan untuk memonitori proses
pertumbuhan.
3. Pertumbuhan
ekonomi merupakan hasil akumulasi kapital dan investasi yang dilakukan
terutama oleh sektor swasta yang dapat menaikkan produktivitas
perekonomian. Hal ini tidak dapat dicapai atau terwujud bila tidak
didukung oleh adanya barang-barang dan pelayanan jasa sosial seperti
sanitasi dan program pelayanan kesehatan dasr masyarakat, pendidikan,
irigasi, penyediaan jalan dan jembatan serta fasilitas komunikasi,
program-program latihan dan keterampilan, dan program lainnya yang
memberikan manfaat kepada masyarakat.
4. Rendahnya
tabungan-investasi masyarakat (sekor swasta) merupakan pusat atau
faktor penyebab timbulnya dilema kemiskinan yang menghambat pertumbuhan
ekonomi. Seperti telah diketahui hal ini karena rendahnya tingkat
pendapatan dan karena adanya efek demonstrasi meniru tingkat konsumsi di
negara-negara maju olah kelompok kaya yang sesungguhnya bias menabung.
5. Hambatan
sosial utama dalam menaikkan taraf hidup masyarakat adalah jumlah
penduduk yang sangat besar dan laju pertumbuhannya yang sangat cepat.
Program pemerintahlah yang mampu secara intensif menurunkan laju
pertambahan penduduk yang cepat lewat program keluarga berencana dan
melaksanakan program-program pembangunan pertanian atau daerah pedesaan
yang bisa mengerem atau memperlambat arus urbanisasi penduduk pedesaan
menuju ke kota-kota besar dan mengakibatkan masalah-masalah social,
politis, dan ekonomi.
6.
Pemerintah dapat menciptakan semangat atau spirit untuk mendorong
pencapaian pertumbuhan ekonomi yang cepat dan tidak hanya memerlukan
pengembangan faktor penawaran saja, yang menaikkan kapasitas produksi
masyarakat, yaitu sumber-sumber alam dan manusia, kapital, dan
teknologi;tetapi juga faktor permintaan luar negeri. Tanpa kenaikkan
potensi produksi tidak dapat direalisasikan.
E. Strategi pertumbuhan ekonomi
1. Industrialisasi Versus Pembangunan Pertanian
Pembangunan
pertanian bersifat menggunakan teknologi padat tenaga kerja dan secara
relatif menggunakan sedikit kapital; meskipun dalam investasi pada
pembuatan jalan, saluran dan fasilitas pengairan, dan pengembangan
teknologinya. Kenaikan produktivitas sektor pertanian memungkinkan
perekonomian dengan menggunakan tenaga kerja lebih sedikit menghasilkan
kuantitas output bahan makanan yang sama. Dengan demikian sebagian dari
tenaga kerja dapat dipindahkan ke sektor industri tanpa menurunkan
output sector pertanian. Di samping itu pembangunan atau kenaikkan
produktivitas dan output total sektor pertanian akan menaikan pendapatan
di sektor tersebut.
2. Strategi Impor Versus Promosi Ekspor
Stategi
industrialisasi via substitusi impor pada dasarnya dilakukan dengan
membangun industri yang menghasilkan barang-barang yang semula diimpor.
Alternatif kebijakan lain adalah strategi industrialisasi via promosi
ekspor. Kebijakan ini menekankan pada industrialisasi pada sektor-sektor
atau kegiatan produksi da dalam negeri yang mempunyai keunggulan
komparatif hingga dapat memproduksinya dengan biaya rendah dan bersaing
dengan menjualnya di pasar internasional. Strategi ini secara relatif
lebih sukar dilaksanakan karena menuntut kerja keras agar bisa bersaing
di pasar internasional.
3. Perlunya Disertivikasi
Usaha
mengadakan disertivikasi bagi negara-negara pengekspor utama minyak dan
gas bumi merupakan upaya mempertahankan atau menstabilkan penerimaan
devisanya.
1.4. ASPEK HUBUNGAN EKONOMI INTERNASIONAL DALAM PERTUMBUHAN EKONOMI
A. Perluasan Perdagangan
Negara-negara
maju telah berkembang merupakan sumber atau pensupplai barang-barang
kapital. Di samping itu mereka juga merupakan pasar yang luas dan cukup
besar yang membeli ekspor hasil-hasil pertanian, pertambangan, bahan
mentah, ataupun barang-barang manufaktur oleh negara-negara sedang
berkembang. Penurunan harga di pasar dunia akan bahan-bahan mentah
produk pertanian ataupun hasil pertambangan akan sama seperti halnya
turunnya harga minyak bumi ataupun harga tembaga di pasaran
internasional.
B. Aliran Penanaman Modal (Investasi) Asing
Aliran
kapital atau investasi asing dari luar negeri baik oleh sector
pemerintah maupun swasta asing dapat merupakan suplemen atau pelengkap
bagi usaha pemecahan lingkaran setan kemiskinan. Penanaman modal asing
banyak bergerak di sektor eksplorasi sumber alam berupa pertambangan,
kehutanan, perikanan, dan juga di sektor manufacturing. Swasta asing
yang melakukan investasi umumnya merupakan perusahaan besar
multinasional.
C. Bantuan Luar Negeri Berupa Hadiah dan Pinjaman
Bantuan
asing bisa diberikan secara langsung atau melalui lembaga keuangan
internasional. Contoh bantuan langsung berupa hadiah atau pinjaman yang
diberikan oleh US-AID (United State Agency for International
Development), suatu lembaga bantuan luar negeri pemerintah Amerika
Serikat, atau dari badan-badan luar negeri yang serupa dari
negara-negara maju telah berkembang lainnya.
1.5. PEMBANGUNAN SEIMBANG DAN TIDAK SEIMBANG
Pembangunan
seimbang itu diartikan pula sebagai keseimbangan pembangunan di
berbagai sektor, misalnya industri dan sektor pertanian, sektor luar
negeri dan sektor domestik, dan antara sektor produktif dan sektor
prasarana. Pembangunan seimbang ini biasanya dilaksanakan dengan maksud
untuk menjaga agar proses pembangunan tidak menghadapi hambatan –
hambatan dalam: (i) memperoleh bahan baku, tenaga ahli, sumber daya
energi dan fasilitas-fasilitas untuk mengangkut hasil-hasil produksi ke
pasar, dan (ii) memperoleh pasar untuk barang-barang yang telah dan akan
diproduksikan.
Sementara
itu analisa Lewis (dalam Arsyad, 1992 : 257-259), menunjukkan bahwa
perlunya pembangunan seimbang yang ditekankan pada keuntungan yang akan
diperoleh dari adanya saling ketergantungan yang efisien antara berbagai
sektor, yaitu antara sektor pertanian dan sektor industri. Menurut
Lewis, akan timbul banyak masalah jika usaha pembangunan hanya
dipusatkan pada satu sektor saja. Tanpa adanya keseimbangan pembangunan
antara berbagai sektor akan menimbulkan adanya ketidakstabilan dan
gangguan terhadap kelancaran kegiatan ekonomi sehingga proses
pembangunan terhambat.
Lewis,
menggunakan gambaran dibawah ini untuk menunjukkan pentingnya upaya
pembangunan yang menjamin adanya keseimbangan antara sektor industri dan
sektor pertanian. Misalnya di sektor pertanian terjadi invasi dalam
teknologi produksi bahan pangan untuk memenuhi kebutuhan domestik,
implikasinya yang mungkin timbul adalah : (i) terdapat surplus di sektor
pertanian yang dapat dijual ke sektor non pertanian, (ii) produksi
tidak bertambah berarti tenaga kerja yang digunakan bertambah sedikit
dan jumlah pengangguran tinggi, dan (iii) kombinasi dari kedua keadaan
tersebut.
Jika
saja industri mengalami perkembangan yang pesat, maka sektor-sektor
tersebut akan dapat menyerap kelebihan produksi bahan pangan maupun
kelebihan tenaga kerja. Tetapi tanpa adanya perkembangan di sektor
industri, maka nilai tukar (Term of Trade) sektor pertanian akan
memburuk sebagai akibat dari kelebihan produksi tenaga kerja, dan akan
menimbulkan akibat yang depresif terhadap pendapatan di sektor
pertanian. Oleh sebab itu di sektor pertanian tidak terdapat lagi
perangsang untuk mengadakan investasi baru dan melakukan inovasi. Jika
pembangunan ekonomi ditekankan pada industrialisasi dan mengabaikan
sektor pertanian maka akan menimbulkan masalah yang pada akhirnya akan
menghambat proses pembangunan ekonomi. Masalah kekurangan barang
pertanian akan terjadi dan akan mengakibatkan kenaikan barang-barang
tersebut. Jika sektor pertanian tidak berkembang, maka
sektor industri juga tidak berkembang, dan keuntungan sektor industri
hanya merupakan bagian yang kecil saja dari pendapatan nasional. Oleh
karenanya tabungan maupun investasi tingkatnya akan tetap rendah.
Berdasarkan pada masalah-masalah yang mungkin akan timbul jika
pembangunan hanya ditekankan pada salah satu sektor pertanian saja, maka
Lewis menyimpulkan bahwa pembangunan haruslah dilakukan secara
bersamaan di kedua sektor tersebut.
Hirschman
dan Streeten (dalam Arsyad, 1992: 262 – 270) mengemukakan teori
pembangunan tidak seimbang adalah pola pembangunan yang lebih cocok
untuk mempercepat proses pembangunan di negara sedang berkembang. Pola
pembangunan tidak seimbang ini, menurut Hirschman, berdasarkan
pertimbangan sebagai berikut: (i) secara historis pembangunan ekonomi
yang terjadi coraknya tidak seimbang, (ii) untuk mempertinggi efisiensi
penggunaan sumber-sumber daya yang tersedia, dan (iii) pembangunan tidak
seimbang akan menimbulkan kemacetan atau gangguan-gangguan dalam proses
pembangunan yang akan menjadi pendorong bagi pembangunan selanjutnya.
Dengan
demikian pembangunan tidak seimbang akan mempercepat pembangunan
ekonomi pada masa yang akan datang. Persoalan pokok yang dianalisis
Hirschman dalam teori pembangunan tidak seimbang adalah bagaimana untuk
menentukan proyek yang harus didahulukan pembangunannya, dimana
proyek-proyek tersebut memerlukan modal dan sumber daya yang tersedia,
agar penggunaan berbagai sumber daya yang tersedia tersebut bisa
menyebabkan pertumbuhan ekonomi yang maksimal.
Cara
pengalokasian sumber daya tersebut dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu cara
pilihan pengganti (substitution choice) dan cara pilihan penundaan
(postpoinment choice). Cara yang pertama merupakan suatu cara pemilihan
proyek yang bertujuan untuk menentukan apakah proyek A atau proyek B
yang harus dilaksanakan. Sedangkan cara yang kedua merupakan suatu cara
pemilihan yang menentukan urutan proyek yang akan dilaksanakan yaitu
menentukan apakah proyek A atau proyek B yang harus didahulukan.
Berdasarkan
prinsip pemilihan proyek di atas, Hirschman menganalisis masalah
alokasi sumber daya antara sektor prasarana atau Social Overhead Capital
(SOC) dengan sektor produktif yang langsung menghasilkan barang-barang
yang dibutuhkan masyarakat atau DirectlyProductive Activities (DPA).
Ada
3 (tiga) cara pendekatan yang mungkin dilakukan dalam mengembangkan
sektor prasarana dan sektor produktif, yaitu: (i) pembangunan seimbang
antara kedua sektor tersebut, (ii) pembangunan tidak seimbang, dimana
pembangunan sektor prasarana lebih ditekankan, dan (iii) pembangunan
tidak seimbang, dimana sektor produktif lebih ditekankan. Kegiatan
ekonomi akan mencapai efisiensi yang optimal jika (i) sumber-sumber daya
dialokasikan antara sektor DPA dan sektor SOC sedemikian rupa sehingga
dengan sumber daya sejumlah tertentu bisa dicapai tingkat produksi yang
maksimum, (ii) untuk suatu tingkat produksi tertentu, jumlah seluruh
sumber daya yang digunakan di sektor DPA dan sektor SOC jumlahnya
minimum. Di kebanyakan negara sedang berkembang, program pembangunan
sering lebih ditekankan pada pembangunan prasarana untuk mempercepat
pembangunan sektor produktif.
1.6. AGENDA MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN RAKYAT
Sebagaimana
digariskan dalam RPJMN 2004-2009, agenda meningkatkan kesejahteraan
rakyat diarahkan pada pencapaian 5 (lima) sasaran pokok, yaitu (i)
menurunnya persentase jumlah penduduk miskin dari 16,6 persen pada
tahun 2004 menjadi 8,2 persen pada tahun 2009, dan berkurangnya
pengangguran terbuka dari 9,5 persen pada tahun 2003 menjadi 5,1 persen
pada tahun 2009; (ii) berkurangnya kesenjangan pembangunan antar wilayah; (iii) meningkatnya kualitas manusia; (iv) membaiknya mutu lingkungan hidup dan pengelolaan sumber daya alam; serta (v) meningkatnya kuantitas dan kualitas infrastruktur penunjang pembangunan.
Dalam upaya pencapaian sasaran-sasaran pokok tersebut, hingga tahun keempat pelaksanaan
RPJMN (2004 – 2008), masih dijumpai berbagai masalah dan tantangan yang
dihadapi dalam agenda meningkatkan kesejahteraan rakyat, diantaranya,
yaitu:
Pertama, Membangun dan Menyempurnakan Sistem Perlindungan Sosial Khususnya Bagi Masyarakat Miskin.
Kedua, Menyempurnakan dan Memperluas Cakupan Program Pembangunan Berbasis Masyarakat dan Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.
Ketiga, Memperkuat Usaha Masyarakat Berpendapatan Rendah.
Keempat, Meningkatkan Akses dan Kualitas Pendidikan.
Kelima, Meningkatkan Kualitas Kesehatan.
Keenam, Mengendalikan Pertumbuhan Penduduk.
Ketujuh, Meningkatkan Pelayanan Infrastruktur di Desa Sesuai Standar Pelayanan Minimum (SPM).
Kedelapan, Meningkatkan Akses Masyarakat Perdesaan pada Lahan.
Kesembilan, Memperkuat Lembaga Masyarakat dan Pemanfaatan Kelembagaan Pemerintah Desa.
Kesepuluh, Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Yang Stabil, Berdaya Tahan, dan Berkualitas.
Kesebelas, Meningkatkan Daya Tarik Investasi, Ekspor Nonmigas, serta Pariwisata.
Keduabelas, Meningkatkan Kemajuan Sektor Industri.
Ketigabelas, Memperluas Kesempatan Kerja.
Keempatbelas, Meningkatkan Produktivitas dan Akses UKM kepada Sumberdaya Produktif.
Kelimabelas, Pengamanan Pasokan Bahan Pokok.
Keenambelas, Peningkatan Ketahanan Pangan Nasional.
Ketujuhbelas, Meningkatkan Kualitas Pertumbuhan Pertanian, Perikanan dan
Kehutanan.
Kedelapanbelas, Meningkatkan Kapasitas Mitigasi dan Adaptasi Terhadap Perubahan Iklim Global.
Kesembilanbelas, Dukungan Peningkatan Daya Saing Sektor Riil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar